LABORATORIUM FARMASI
JURUSAN FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN
ILMU PENGETAHUAN ALAM
LAPORAN
PRAKTIKUM FARMAKOLOGI DASAR
PERCOBAAN
II
METABOLISME
OBAT
OLEH
NAMA : INTEN WIDURI WULANDARI
NIM : F1F1 12 079
KELAS : B
KELOMPOK : V (LIMA )
ASISTEN : LA ODE MUHAMMAD FITRAWAN, S.
Farm., Apt.
Jurusan
Farmasi
Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas
Halu Oleo
Kendari
2013
BAB
I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. TUJUAN PERCOBAAN
adapun
tujuan dari praktikum kali ini adalah
C. MANFAAT PERCOBAAN
Adapun
manfaat pada praktikum kali ini adalah
D. PRINSIP PERCOBAAN
BAB
II
TINJAUAN PUSTAKA
A. TEORI UMUM
B. URAIAN BAHAN
C. URAIAN OBAT
D. URAIAN HEWAN COBA
E. KARAKTERISTIK HEWAN COBA
BAB
III
METODE KERJA
A. ALAT
Alat-
alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah
B. BAHAN
Bahan
– bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah
C. PROSEDUR KERJA
BAB
IV
HASIL PRAKTIKUM
a.
Tabel Hasil Pengamatan
No.
|
Mencit
|
Rute pemberian
|
Perlakuan
|
Onset
|
Durasi
|
1.
|
I
|
I.M.
|
Ranitidin + Fenobarbital
|
5 : 30
|
5: 58
|
2.
|
II
|
I.M.
|
Fenobarbital
|
8 : 13
|
9: 12
|
b. Perhitungan
dosis
Dik
: Berat mencit = 28 gram dan 31 gram
Berat mencit terbesar = 31 gram
Dosis fenobarbital = 100 mg
Dosis ranitidin = 50 mg
Volume pemberian maksimal I.M. = 0,05 ml
Dit
:
a. Dosis
mencit = ……?
b. Buat
larutan stok 30 ml untuk fenobarbital
c. Buat
larutan stok 30 ml untuk ranitidin
d. Volume
pemberian untuk fenobarbital
e. Volume
pemberian untuk ranitidin = ….?
Penyelesaian
:
a. Dosis
mencit =
·
DM fenobarbital =
=
·
DM ranitidin =
=
b. Larutan
stok =
· Larutan
stok 30 ml fenobarbital I. M. =
g
=
· Larutan
stok 30 ml ranitidin I. M. =
g
=
c. Volume
pemberian =
· Fenobarbital
I. M. =
= 0,05 ml
· Ranitidin
I. M. =
= 0,04 ml
BAB
V
PEMBAHASAN
Metabolisme obat adalah
seluruh proses perubahan reaksi biokimia yang terjadi di dalam tubuh makhluk
hidup setelah obat tersebut diabsorpsi. Metabolisme disebut juga
biotransformasi. Namun, terdapat sedikit perbedaan yang metabolisme diartikan
sebagai reaksi yang terjadi pada senyawa endogen seperti enzim dan hormon,
sedangkan biotransformasi adalah reaksi kimia dalam tubuh sebagai respon
terhadap senyawa eksogen atau xenobiotik seperti obat dan makanan. Reaksi
biotransformasi dapat berupa oksidasi, hidrolisa dan konjugasi.
Praktikum ini bertujuan
utnuk menentukan onset dan durasi terhadap pengaruh efek metabolisme obat
fenobarbital dan ranitidin terhadap hewan coba mencit. Terdapat beberapa faktor
farmakodinamik yang memengaruhi aktivitas metabolisme obat antara lain sitokrom
p-450 yang merupakan enzim pereduksi ; pembentukan metabolit yang dapat memberikan
efek farmakologinya yang lebih kompleks dibanding obat awalnya; lokasi atau
tempat kerja dari metabolit yang dihasilkan ; dan perbedaan antara profil farmakokinetik
dan farmakodinamik dari metabolit aktif dan obat awal yang menyebabkan
konsentrasi dan intensitas efek farmakologi metabolit dan obat awal sulit
dibedakan.
Kebanyakan obat akan
mengalami biotransformasi dulu agar dapat dikeluarkan dari badan dan pada dasarnya,
setiap obat merupakan zat asing yang tidak diinginkan oleh tubuh dan tubuh
berusaha merombak zat tersebut menjadi metabolit yang bersifat hidrofil agar
lebih lancar diekskresikan melalui ginjal. Jadi, reaksi biotransformasi adalah
peristiwa detoksikasi. Singkatnya, tujuan metabolisme obat adalah pengubahan
yang sedemikian rupa hingga mudah diekskresi ginjal, dalam hal ini
menjadikannya lebih hidrofil.
Umumnya , obat
dimetabolisme oleh enzim mikrosom endoplasma sel hati. Saat proses metabolisme,
molekul obat dapat berubah sifat antara lain menjadi lebih polar. Metabolit
yang lebih polar ini menjadi tidak larut dalam lemak sehingga mudah diekskresi
melalui ginjal. Metabolit obat dapat lebih aktif dari obat asal ( bioktivasi),
tidak atau berkurang aktif ( detoksifikasi atau bioinaktivasi ) atau sama
aktifnya.
Dalam hati, dan sebelumnya
juga disalurkan lambung - usus, seluruh
atau sebagian obat mengalami perubahan kimiawi secara enzimatis dan pada
umumnya , hasil perubahannya ( metabolit) menjadi tidak atau kurang aktif lagi.
Proses ini juga disebut proses detoksifikasi atau bioinaktivasi ( first pass effect ). Ada juga obat yang
khasiat farmakologinya justru diperkuat ( bio-aktivasi). Jadi, senyawa obat
harus diubah menjadi metabolit- metabolit agar strukturnya lebih sederhana
sehingga dapat diubah menjadi senyawa polar oleh enzim spesifik atau voa
akskresi dengan menambahkan gugus fungsi -OH, sehingga senyawa tersebut mudah
diekskresikan karena tidak segera diabsorpsi dari cairan tubuli ginjal.
Hewan coba yang
digunakan pada praktikum ini adalah mencit. Penggunaan mencit sebagai hewan
coba dikarenakan mencit relatif mudah dalam penggunaannya, ukuran yang relatif kecil,
harganya yang relatif murah, jumlah peranakannya banyak banyak yaitu sekali melahirkan
bisa mencapai 16-18 ekor. Selain itu, mencit memiliki sistem sirkulasi darah
yang hampir sama dengan manusia serta tidak memiliki kemampuan untuk muntah,
karena memiliki katup di lambung, sehingga banyak digunakan untuk penelitian
obat.
Percobaan ini diawali
dengan penimbangan mencit dan diperoleh berat mencit pertama adalah 28 gram dan
berat mencit kedua adalah 31 gram. Penimbangan ini akan digunakan dalam
perhitungan dosis dan volume pemberian obat pada mencit. Obat yang digunakan
pada percobaan ini adalah fenobarbital dan ranitidine injeksi. Fenobarbital adalah
obat yang berfungsi sebagai antikonvulsan atau antiepilepsi yang berkhasiat
mengurangi kejang dan epilepsi. Fenobarbital memiliki efek hipnotik dan
sedative. Ranitidine adalah obat yang bekerja pada saluran cerna dapat pula
digunakan sebagai obat maag. Fenobarbital dapat meningkatkan kerja sitokrom
p-450 serta meningkatkan kecepatan beberapa reaksi metabolisme. Fungsi ini
berkebalikan dengan fungsi atau efek yang ditimbulkan oleh obat ranitidin, di
mana ranitidin merupakan antagonis reseptor-H2 yang dapat menghambat
aktivitas enzim sitokrom P-450 dalam memetabolisme obat- obat lain. Hal ini
dapat menyebabkan metabolisme obat lain terganggu. Jadi, alasan digunakan obat
fenobarbital dan ranitidine pada percobaan ini adalah karena efeknya yang
berlawanan dalam proses metabolisme obat dan akan diamati pengaruhnya jika
kedua obat tersebut diberikan secara bersamaan.
Tahap selanjutnya
adalah perhitungan obat dan larutan stok serta volume pemberian maksimal untuk
masing- masing mencit. Larutan stok ynag dibuat harus diencerkan terlebih
dahulu. Hal ini bertujuan untuk memperkecil konsentrasi kedua obat, sebab
konsentrasi obat yang digunakan merupakan dosis obat untuk manusia, sedangkan
yang akan diberikan obat pada percobaan kali ini adalah mencit, sehingga kadar
obat harus dikurangi mengikuti dosis mencit. Pengenceran dilakukan dengan
menambahkan aqua pro injeksi. Digunakan
aqua pro injeksi karena aqua pro injeksi merupakan suatu bahan
yang dapat larut dalam jaringan lemak di dalam tubuh hewan sehingga dapat
mengurangi rasa perih ketika cairan di suntikkan di dalam tubuh mencit.
Disamping itu, aqua pro injeksi
merupakan air yang dijernihkan dengan cara destilasi atau dengan reserve osmosis sehingga bebas pirogen,
steril, sehingga dapat mencegah kontaminasi pada sediaan, zat aktif dalam
fenobarbital dapat larut dalam aqua pro
injeksi.
Tahap berikutnya adalah
larutan obat ranitidine diinjeksikan pada mencit I. setelah waktunya berselang
5 menit, disuntikkan pada mencit yang sama obat fenobarbital sesuai volume
pemberiannya yaitu 0,05 ml. Setelah obat diinjeksikan pada mencit I, langsung
dihitung onset dan urasinya. Mencit kedua diberikan obat fenobarbital saja.
kedua penginjeksian pada hewan mencit ini dilakukan secara intramuskular yaitu
pada pangkal otot paha mencit. Tujuan dibedakannya obat yang diinjeksikan pada
kedua mencit tersebut adalah untuk melihat pengaruh pemberian obat- obat
tertentu yang diinteraksikan dengan antagonisnya terhadap metabolisme obat di
dalam tubuh dengan menghitung onset dan durasinya.
Percobaan ini digunakan
obat dengan bentuk sediaan injeksi dengan beberapa pertimbangan diantaranya
obat dalam bentuk larutan lebih mudah dan lebih cepat diabsorpsi serta
dimetabolisme oleh tubuh yang menjadikannya cepat berefek, sehingga dapat
mengefisienkan waktu praktikum.
Setelah dilakukan
penghitungan onset dan durasinya,pada mencit pertama dengan pemberian obat fenobarbital
yang dikombinasikan dengan obat ranitidin yang memiliki onset 5 menit 30 detik
dan durasinya 5 menit 58 detik, sedangkan pada mencit kedua dengan pemberian
fenobarbital saja memiliki onset 8 menit 13 detik dengan durasi selama 9 menit
12 detik. Berdasarkan hasil pengamatan tersebut terlihat bahwa pemberian obat
ranitidin yang dikombinasikan dengan obat fenobarbital dapat mempercepat onset
obat dan memperpendek masa obat berefek. Hal tersebut disebabkan karena obat
ranitidin menghambat aktivitas enzim sitokrom P-450 yang merupakan enzim yang
berperan dalam proses metabolisme fenobarbital. Terhambatnya aktivitas enzim
tersebut menyebabkan metabolisme obat fenobarbital terganggu sehingga efek
terapeutik yang dihasilkanpun kurang optimal. Jadi, hasil pengamatan praktikum
ini sesuai dengan literatur yang ada, yaitu obat- obatan yang memiliki
kemampuan menghambat ( inhibitor ) akan mempercepat eliminasi obat- obat lain
sehingga kadar obat dalam darah lebih cepat hilang.
BAB
VI
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat
disimpulkan bahwa onset pada mencit I dengan pemberian obat ranitidin yang
dikombunasikan dengan obat fenobarbital adalah 5 menit 30 detik dengan durasi 5
menit 58 detik, sedangkan onset pada mencit II dengan pemberian obat
fenobarbital secara intramuscular adalah 8 menit 13 detik dengan durasi 9 menit
12 detik.
B. SARAN
Sebaiknya obat yang digunakan pada praktikum
metabolism obat lebih bervariasi, sehingga praktikan dapat lebih memahami
mengenai obat- obat yang baik dikonsumsi berdasarkan metabolisme dan interaksi
obat tersebut di dalam tubuh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
silahkan dikomen jika ada hal di blog saya yang kurang :)