PERBANDINGAN KADAR VITAMIN C
MENGGUNAKAN METODE TITRASI ASIDI ALKALIMETRI DAN IODIMETRI
OLEH
NAMA : INTEN WIDURI WULANDARI
KELAS : B
NIM :
F1F1 12 079
JURUSAN FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU
PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
atas limpahan rahmat, karunia, nikmat, serta inayah-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan
makalah “Perbandingan Kadar Vitamin C Menggunakan Metode Titrasi
Asidi- Alkalimetri dan Iodimetri” ini tanpa hambatan yang berarti.
Penulisan makalah ini dimaksudkan untuk memenuhi kewajiban penulis untuk
membuat tugas makalah pada mata
kuliah Kimia Analisis I
mengenai Titrasi.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan
karena tak ada gading yang tak retak, tak ada manusia yang sempurna, dan
kesempurnaan hanya milik Allah SWT. Oleh karena itu, saran dan kritik yang
membangun dari pembaca sangat penulis harapkan demi kesempurnaan makalah selanjutnya.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan juga penulis
untuk menjadi tambahan ilmu untuk lebih memahami mengenai
Titrasi dan segala aspek yang ada di dalamnya. Aamiin.
Kendari, 7 Juni 2013
Penulis
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR…………………………………………………..i
DAFTAR
ISI……………………………………………………………ii
BAB I
PENDAHULUAN……………………………………………....1
A. LATAR BELAKANG………………………………………1
B. RUMUSAN MASALAH……………………………………1
C. TUJUAN…………………………………………..……..…1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA………………………………………..2
BAB III
PEMBAHASAN………………………………………………3
A. MENGGUNAKAN METODE TITRASI
ASIDI-ALKALIMETRI…………………………………………….3
B. MENGGUNAKAN METODE TITRASI IODIMETRI……4
BAB III
PENUTUP…………………………………………………….5
A. KESIMPULAN……………………………………………..5
B. SARAN …………………………………………………..5
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………iii
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Vitamin C merupakan salah satu vitamin yang sangat
penting bagi tubuh manusia. Selama hidupnya, manusia pasti membutuhkan vitamin
C.
Vitamin
C banyak terkandung dalam bahan- bahan makanan yang dikonsumsi manusia,
khususnya buah dan sayuran. Namun,ternyata dalam buah dan sayuran tersebut
masih belum diketahui secara pasti berapa kadar vitain C yang terkandung di
dalamnya sehingga buah atau sayuran tersebut dapat memberikan asupan gizi yang
cukup bagi tubuh. Karena perannya yang
begitu besar bagi pertumbuhan dan kesehatan, maka banyak orang yang ingin
mengetahui sebenarnya seberapa banyak kadar vitamin C yang dibutuhkan per
satuan waktu dan banyak orang melakukan penelitian mengenai penentuan kadar
vitamin C dalam suatu bahan makanan bak menggunakan metode titrasi
alkali-asidimetri atau titrasi asam-basa, maupun titrasi iodimetri.
Makalah ini akan mencoba menguraikan mengenai
penelitian-penelitian yang telah dilakukan mengenai perbedaan penentuan kadar
vitamin C dengan kedua metode tersebut. Semoga makalah ini dapat menambah
wawasan mengenai penentuan kadar vitamin C menggunakan metode titrasi asam basa
maupun metode titrasi iodimetri
B.
RUMUSAN
MASALAH
Rumusan masalah yang diangkat pada makalah ini
adalah adakah perbedaan kadar vitamin C yang dianalisis menggunakan metode
titrasi asam basa dan iodimetri ?
C.
TUJUAN
Tujuan penyusunan makalah ini adalah untuk
mengetahui ada tidaknya perbedaan kadar vitamin C yang dianalisis menggunakan
metode titrasi asam basa maupun iodimetri.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
Vitamin C adalah salah satu zat gizi yang berperan
sebagai antioksidan dan efektif mengatasi radikal bebas yang dapat merusak sel
atau jaringan, termasuk melindungi lensa dari kerusakan oksidatif yang
ditimbulkan oleh radiasi. Status vitamin C seseorang sangat tergantung dari
usia, jenis kelamin, asupan vitamin C harian, kemampuan absorpsi dan ekskresi,
serta adanya penyakit tertentu. Rendahnya asupan serat dapat mempengaruhi
asupan vitamin C karena bahan makanan sumber serat dan buah-buahan juga
merupakan sumber vitamin C ( Karinda, 2013).
Vitamin C atau asam
askorbat sangat dibutuhkan oleh tubuh manusia tetapi sangat mudah rusak oleh
kenaikan temperatur karena teroksidasi menjadi asam L dehidroaskorbat. Penentuan kinetika reaksi oksidasi
vitamin C dilakukan dengan menggunakan metode integral dan grafik sedangkan
kadar asam askorbat sisa ditentukan dengan metode titrasi iodimetri tiap
interval waktu enam puluh menit. Kerusakan vitamin C diukur pada temperature
40, 50, 60, 70 dan 80 °C. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kinetika reaksi
oksidasi vitamin C mengikuti reaksi orde satu pada temperatur 40, 50, 60, 70
dan 80 °C dengan tetapan laju reaksi berturut-turut 4,55 x 10-4, 5,85 x 10-4 ,
8,4 x 10-4, 1,1 x 10-3 dan 1,015 x 10-3 menit-1. Energi aktivasi dan faktor
pre-eksponensial reaksi oksidasi asam askorbat adalah 20,73 kJ.mol-1 dan 1,372
menit-1 ( Rahmawati, 2012).
Vitamin C adalah salah satu zat gizi yang berperan
sebagai antioksidan dan efektif mengatasi radikal bebas yang dapat merusak sel
atau jaringan. Buah-buahan merupakan sumber vitamin C, diantaranya yaitu buah
mangga ( Karinda, 2013).
Iodimetri merupakan suatu metode titrasi iodometri
secara langsung yang mengacu kepada titrasi dengan suatu larutan iod standar.
Salah satu sifat dari iodium adalah harga potensial standar (Eo)
iodium berada pada daerah pertengahan yaitu iodium dapat digunakan sebagai
oksidator maupun redukor. Walaupun pada dasarnya iodium akan lebih gampang
mengoksidasi dari pada mereduksi ( Idrus, 2013).
BAB
III
PEMBAHASAN
A. MENGGUNAKAN METODE TITRASI
ASIDI-ALKALIMETRI
Penetapan
kadar vitamin C dalam bahan pangan dapat di analisis dengan berbagai metode,
salah satunya dengan metode titrimetri. Penetapan dengan metode titrimetri
merupakan penetapan dengan. Titrasi dilakukan dengan menambahkan sedikit demi
sedikit titran ke dalam analit Prinsip penetapan dengan metode titrimetri ialah
asam askorbat dioksidasi oleh diklorofenol-indofenol menjadi senyawa dehidro
askorbat. Akhir titrasi ditandai dengan terbentuknya warna merah dari kelebihan
diklorofenol-indofenol. Larutan 2,6-diklorofenol indofenol dalam suasana netral
atau basa akan berwarna biru sedang dalam suasana asam akan berwarna merah
muda. Apabila 2,6-diklorofenol indofenol direduksi oleh asam askorbat maka akan
menjadi tidak berwarna, dan bila semua asam askorbat sudah mereduksi
2,6-diklorofenol indofenol maka kelebihan larutan 2,6-diklorofenol indofenol
sedikit saja sudah akan terlihat dengan terjadinya pewarnaan. Untuk perhitungan
maka perlu dilakukan standarisasi larutan dengan vitamin C standar.
B.
MENGGUNAKAN
METODE TITRASI IODIMETRI
asam askorbat (H2C6H6O6)
dapat ditentukan konsentrasinya dalam larutan dengan metode titrasi
Iodometri karena sifat vitamin c yang mudah teroksidasi oleh iodin menjadi asam
dehidroaskorbat (C6H5O6).
Reduktor yang
lazim dipakai untuk penentuan oksidator adalah Kalium Iodida, ion titanium
(III), ion besi (II), dan ion vanadium (II). Cara titrasi redoks yang
menggunakan larutan iodium sebagai peniter disebut Iodimetri, sedangkan yang
menggunakan larutan iodida sebagai peniter disebut Iodometri. Pada titrasi
Iodimetri, dasar penentuan jumlah/kadar ion atau unsur tertentu dalam cuplikan
adalah jumlah I2 yang dapat direduksinya. Jadi pada Iodimetri,
larutan bakunya adalah larutan I2. I2 atau Iodium adalah zat
padat yang sangat mudah menguap dan agak sukar larut dalam air. Kelarutan I2
dalam air = 0,335 gram dan larutan jenuh ini terlalu encer sehingga dapat
digunakan sebagai larutan baku. I2 ternyata jauh lebih mudah larut
dalam larutan KI dan ini disebabkan oleh terjadinya : I2 +
I- ↔ I3- Karena itu larutan baku I2 dibuat dengan
melarutkan I2 dalam larutan KI. Sebagai pengoksid larutan I2
yang sebenarnya adalah larutan I3- yang akan mengalami
reaksi reduksi :
I3-
+ 2e- ↔ 3I- . Reaksi ini dapat dianggap sebagai reaksi reduksi larutan
I2 dalam KI tetap ditulis, agar lebih sederhana, sebagai reaksi
reduksi terhadap I2 saja. Indikator yang digunakan adalah larutan
kanji (amilum). Kanji atau amilum dengan I2 akan beraksi dan
reaksinya adalah reaksi yang dapat balik : I2 +
amilum ↔ Kompleks Iod-amilum Biru Tua. Kompleks iod amilum ini adalah senyawa yang agak sukar
larut dalam air sehingga pada reaksi ini I2 tinggi, kesetimbangan akan
terletak jauh depan. Akibatnya pada titrasi I2 “hilang” karena
tereduksi, kesetimbangan tidak segera kembali bergeser ke arah kiri, warna
komplek Iod amilum agak sukar hilang. Oleh karena itu, dalam
satu tablet tidak mengandung 100% vitamin C. Contoh pada hasil percobaan
tablet Vitacimin menunjukan bahwa dalam setiap 2 gram tablet terkandung
0,025% vitamin C. Kandungan vitamin C akan semakin menurun jika terlalu
lama disimpan.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan
pembahasan tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan kadar asam
askorbat dengan menggunakan titrasi asam basa ( aside-alkalimetri) dan titrasi
iodimetri.
B. SARAN
Sebaiknya
tidak ada batasan metode-metode yang digunakan sehingga metode yang dibahas
pada makalah ini dapat dibandingkan lagi dengan metode- metode lainnya dapat
digunakan untuk menentukan kadar vitamin C.
DAFTAR PUSTAKA
Idrus, Rosita, Boni Pahlanop Lapanporo, Yoga Satria Putra. 2013. Pengaruh Suhu
Aktivasi
Terhadap Kualitas Karbon Aktif Berbahan Dasar Tempurung Kelapa. Prisma Fisika, Vol.
I, No. 1. Issn : 2337-8204.
Karinda, Monalisa, Fatimawali, Gayatri Citraningtyas. 2013. Perbandingan
Hasil
Penetapan
Kadar Vitamin C Mangga Dodol Dengan Menggunakan Metode Spektrofotometri Uv-Vis Dan
Iodometri. Pharmacon Jurnal Ilmiah Farmasi. Vol. 2 No. 01. Issn 2302 – 2493.
Meilaty, Ika. 2010. Analisis Kadar Vitamin C Metode Titrimetri, diakses tanggal
7 Mei 2013.
Rahmawati, Sitti, Bunbun Bundjali. 2012. Kinetics Of The Oxidation Of
Vitamin
A.
Indo. J. Chem., Vol. 12 (3), 291 – 296.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
silahkan dikomen jika ada hal di blog saya yang kurang :)