Selasa, 11 Maret 2014

tugas kimia analisis farmasi I : PERBANDINGAN KADAR VITAMIN C MENGGUNAKAN METODE TITRASI ASIDI ALKALIMETRI DAN IODIMETRI

PERBANDINGAN KADAR VITAMIN C MENGGUNAKAN METODE TITRASI ASIDI ALKALIMETRI DAN IODIMETRI






OLEH
NAMA    : INTEN WIDURI WULANDARI
KELAS   : B
NIM        : F1F1 12 079            


JURUSAN FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2013


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan rahmat, karunia, nikmat, serta inayah-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan makalah “Perbandingan Kadar Vitamin C Menggunakan Metode Titrasi Asidi- Alkalimetri dan Iodimetri” ini tanpa hambatan yang berarti.
Penulisan makalah ini dimaksudkan untuk memenuhi kewajiban penulis untuk membuat tugas makalah pada mata kuliah Kimia Analisis I mengenai Titrasi.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan karena tak ada gading yang tak retak, tak ada manusia yang sempurna, dan kesempurnaan hanya milik Allah SWT. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun dari pembaca sangat penulis harapkan demi kesempurnaan makalah selanjutnya.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan juga penulis untuk menjadi tambahan ilmu untuk lebih memahami mengenai Titrasi dan segala aspek yang ada di dalamnya. Aamiin.


Kendari, 7 Juni 2013
Penulis

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………..i
DAFTAR ISI……………………………………………………………ii
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………....1
A.    LATAR BELAKANG………………………………………1
B.     RUMUSAN MASALAH……………………………………1
C.     TUJUAN…………………………………………..……..…1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA………………………………………..2
BAB III PEMBAHASAN………………………………………………3
A.    MENGGUNAKAN METODE TITRASI ASIDI-ALKALIMETRI…………………………………………….3
B.     MENGGUNAKAN METODE TITRASI IODIMETRI……4
BAB III PENUTUP…………………………………………………….5
A.    KESIMPULAN……………………………………………..5
B.     SARAN    …………………………………………………..5
 DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………iii

BAB I
PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG
Vitamin C merupakan salah satu vitamin yang sangat penting bagi tubuh manusia. Selama hidupnya, manusia pasti membutuhkan vitamin C.
Vitamin C banyak terkandung dalam bahan- bahan makanan yang dikonsumsi manusia, khususnya buah dan sayuran. Namun,ternyata dalam buah dan sayuran tersebut masih belum diketahui secara pasti berapa kadar vitain C yang terkandung di dalamnya sehingga buah atau sayuran tersebut dapat memberikan asupan gizi yang cukup bagi tubuh.  Karena perannya yang begitu besar bagi pertumbuhan dan kesehatan, maka banyak orang yang ingin mengetahui sebenarnya seberapa banyak kadar vitamin C yang dibutuhkan per satuan waktu dan banyak orang melakukan penelitian mengenai penentuan kadar vitamin C dalam suatu bahan makanan bak menggunakan metode titrasi alkali-asidimetri atau titrasi asam-basa, maupun titrasi iodimetri.
Makalah ini akan mencoba menguraikan mengenai penelitian-penelitian yang telah dilakukan mengenai perbedaan penentuan kadar vitamin C dengan kedua metode tersebut. Semoga makalah ini dapat menambah wawasan mengenai penentuan kadar vitamin C menggunakan metode titrasi asam basa maupun metode titrasi iodimetri
B.     RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah yang diangkat pada makalah ini adalah adakah perbedaan kadar vitamin C yang dianalisis menggunakan metode titrasi asam basa dan iodimetri ?
C.    TUJUAN
Tujuan penyusunan makalah ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan kadar vitamin C yang dianalisis menggunakan metode titrasi asam basa maupun iodimetri.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Vitamin C adalah salah satu zat gizi yang berperan sebagai antioksidan dan efektif mengatasi radikal bebas yang dapat merusak sel atau jaringan, termasuk melindungi lensa dari kerusakan oksidatif yang ditimbulkan oleh radiasi. Status vitamin C seseorang sangat tergantung dari usia, jenis kelamin, asupan vitamin C harian, kemampuan absorpsi dan ekskresi, serta adanya penyakit tertentu. Rendahnya asupan serat dapat mempengaruhi asupan vitamin C karena bahan makanan sumber serat dan buah-buahan juga merupakan sumber vitamin C ( Karinda, 2013).
Vitamin C atau asam askorbat sangat dibutuhkan oleh tubuh manusia tetapi sangat mudah rusak oleh kenaikan temperatur karena teroksidasi menjadi asam L  dehidroaskorbat. Penentuan kinetika reaksi oksidasi vitamin C dilakukan dengan menggunakan metode integral dan grafik sedangkan kadar asam askorbat sisa ditentukan dengan metode titrasi iodimetri tiap interval waktu enam puluh menit. Kerusakan vitamin C diukur pada temperature 40, 50, 60, 70 dan 80 °C. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kinetika reaksi oksidasi vitamin C mengikuti reaksi orde satu pada temperatur 40, 50, 60, 70 dan 80 °C dengan tetapan laju reaksi berturut-turut 4,55 x 10-4, 5,85 x 10-4 , 8,4 x 10-4, 1,1 x 10-3 dan 1,015 x 10-3 menit-1. Energi aktivasi dan faktor pre-eksponensial reaksi oksidasi asam askorbat adalah 20,73 kJ.mol-1 dan 1,372 menit-1 ( Rahmawati, 2012).
Vitamin C adalah salah satu zat gizi yang berperan sebagai antioksidan dan efektif mengatasi radikal bebas yang dapat merusak sel atau jaringan. Buah-buahan merupakan sumber vitamin C, diantaranya yaitu buah mangga ( Karinda, 2013).
Iodimetri merupakan suatu metode titrasi iodometri secara langsung yang mengacu kepada titrasi dengan suatu larutan iod standar. Salah satu sifat dari iodium adalah harga potensial standar (Eo) iodium berada pada daerah pertengahan yaitu iodium dapat digunakan sebagai oksidator maupun redukor. Walaupun pada dasarnya iodium akan lebih gampang mengoksidasi dari pada mereduksi ( Idrus, 2013).

BAB III
PEMBAHASAN
A.    MENGGUNAKAN METODE TITRASI ASIDI-ALKALIMETRI
Penetapan kadar vitamin C dalam bahan pangan dapat di analisis dengan berbagai metode, salah satunya dengan metode titrimetri. Penetapan dengan metode titrimetri merupakan penetapan dengan. Titrasi dilakukan dengan menambahkan sedikit demi sedikit titran ke dalam analit Prinsip penetapan dengan metode titrimetri ialah asam askorbat dioksidasi oleh diklorofenol-indofenol menjadi senyawa dehidro askorbat. Akhir titrasi ditandai dengan terbentuknya warna merah dari kelebihan diklorofenol-indofenol. Larutan 2,6-diklorofenol indofenol dalam suasana netral atau basa akan berwarna biru sedang dalam suasana asam akan berwarna merah muda. Apabila 2,6-diklorofenol indofenol direduksi oleh asam askorbat maka akan menjadi tidak berwarna, dan bila semua asam askorbat sudah mereduksi 2,6-diklorofenol indofenol maka kelebihan larutan 2,6-diklorofenol indofenol sedikit saja sudah akan terlihat dengan terjadinya pewarnaan. Untuk perhitungan maka perlu dilakukan standarisasi larutan dengan vitamin C standar.
B.     MENGGUNAKAN METODE TITRASI IODIMETRI
asam askorbat (H2C6H6O6) dapat ditentukan konsentrasinya  dalam larutan dengan metode titrasi Iodometri karena sifat vitamin c yang mudah teroksidasi oleh iodin menjadi asam dehidroaskorbat (C6H5O6). Reduktor yang lazim dipakai untuk penentuan oksidator adalah Kalium Iodida, ion titanium (III), ion besi (II), dan ion vanadium (II). Cara titrasi redoks yang menggunakan larutan iodium sebagai peniter disebut Iodimetri, sedangkan yang menggunakan larutan iodida sebagai peniter disebut Iodometri. Pada titrasi Iodimetri, dasar penentuan jumlah/kadar ion atau unsur tertentu dalam cuplikan adalah jumlah I2 yang dapat direduksinya. Jadi pada Iodimetri, larutan bakunya adalah larutan I2.  I2 atau Iodium adalah zat padat yang sangat mudah menguap dan agak sukar larut dalam air. Kelarutan I2 dalam air = 0,335 gram dan larutan jenuh ini terlalu encer sehingga dapat digunakan sebagai larutan baku. I2 ternyata jauh lebih mudah larut dalam larutan KI dan ini disebabkan oleh terjadinya : I2 + I- ↔ I3- Karena itu larutan baku I2 dibuat dengan melarutkan I2 dalam larutan KI. Sebagai pengoksid larutan I2 yang sebenarnya adalah larutan I3- yang akan mengalami reaksi reduksi : I3- + 2e- ↔ 3I- . Reaksi ini dapat dianggap sebagai reaksi reduksi larutan I2 dalam KI tetap ditulis, agar lebih sederhana, sebagai reaksi reduksi terhadap I2 saja. Indikator yang digunakan adalah larutan kanji (amilum). Kanji atau amilum dengan I2 akan beraksi dan reaksinya adalah reaksi yang dapat balik : I2 + amilum ↔ Kompleks Iod-amilum Biru Tua. Kompleks iod amilum ini adalah senyawa yang agak sukar larut dalam air sehingga pada reaksi ini I2 tinggi, kesetimbangan akan terletak jauh depan. Akibatnya pada titrasi I2 “hilang” karena tereduksi, kesetimbangan tidak segera kembali bergeser ke arah kiri, warna komplek Iod amilum agak sukar hilang. Oleh karena itu, dalam satu tablet tidak mengandung 100%  vitamin C. Contoh pada hasil percobaan tablet Vitacimin menunjukan bahwa dalam setiap 2 gram tablet  terkandung 0,025% vitamin C. Kandungan vitamin C akan semakin menurun jika  terlalu lama disimpan.

BAB III
PENUTUP
A.    KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan kadar asam askorbat dengan menggunakan titrasi asam basa ( aside-alkalimetri) dan titrasi iodimetri.
B.     SARAN
Sebaiknya tidak ada batasan metode-metode yang digunakan sehingga metode yang dibahas pada makalah ini dapat dibandingkan lagi dengan metode- metode lainnya dapat digunakan untuk menentukan kadar vitamin C.

DAFTAR PUSTAKA
Idrus, Rosita, Boni Pahlanop Lapanporo, Yoga Satria Putra. 2013. Pengaruh Suhu
Aktivasi Terhadap Kualitas Karbon Aktif Berbahan Dasar Tempurung Kelapa. Prisma Fisika, Vol. I, No. 1. Issn : 2337-8204.

Karinda, Monalisa, Fatimawali, Gayatri Citraningtyas. 2013. Perbandingan Hasil
Penetapan Kadar Vitamin C Mangga Dodol Dengan Menggunakan Metode Spektrofotometri Uv-Vis Dan Iodometri. Pharmacon Jurnal Ilmiah Farmasi. Vol. 2 No. 01. Issn 2302 – 2493.

Meilaty, Ika. 2010. Analisis Kadar Vitamin C Metode Titrimetri, diakses tanggal

7 Mei 2013.

 

Rahmawati, Sitti, Bunbun Bundjali. 2012. Kinetics Of The Oxidation Of Vitamin
A.    Indo. J. Chem., Vol. 12 (3), 291 – 296.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

silahkan dikomen jika ada hal di blog saya yang kurang :)